- Posted by : Ummu Waraqah
- on : July 22, 2025
Pendahuluan
Pendahuluan Cetakan Kesepuluh
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan
salam atas sayyidina Muhammad bin Abdillah, dan atas keluarganya, para
shahabatnya, dan yang mengikutinya.
Amma ba’du : sesungguhnya
Allah -yang memiliki segala puji dan anugerah- telah menetapkan kesuksesan dan
penerimaan bagi kitab ini, umumnya bagi penuntut ilmu, dan khususnya bagi
penunutut ilmu hadits dan ulumul hadits.
Telah banyak universitas yang menjadikan buku ini sebagai
buku panduan/buku ajar (muqarrar), baik di kampus-kampus arab maupun non-arab
bagi para mahasiswanya, sampai-sampai berkali-kali dicetak dan habis selama
kurun waktu 27 tahun. Tatkala saudara kami, Syaikh Sa’d al-Rasyid -semoga Allah
melimpahkan pahala atasnya- pemilik Penerbit al-Ma’arif di Riyadh dan hanya
disana yang memiliki hak untuk menerbitkan kitab ini, ingin untuk mencetaknya
kembali untuk cetakan kesepuluh, beliau memintaku untuk memeriksa kembali dan
merevisinya, serta memberikan tambahan yang berarti. Maka aku kabulkan
permintaannya, dan aku kembali memeriksanya, merevisinya, menambahkan apa yang
menurutku menjadi hal yang sangat dibutuhkan. Segala puji bagi Allah
pemeriksaanku sudah selaras dengan baik in syaa Allah, dan kesempurnaan
hanya milik Allah.
Aku meminta kepada Allah untuk melanggengkan manfaatnya bagi
penuntut ilmu. Sesungguhnya Dia adalah sebaik-baik Dzat yang diminta dan segala
puji hanya milik Allah Rabb semesta alam.
Kuwait, 21/8/1423 H. bertepatan 27/10/2002 M.
Ditulis oleh : hamba yang lemah yang mengharap ampunan Rabbnya, Abu Hafsh Mahmud bin Ahmad al-Thahhan.
Pendahuluan Cetakan Pertama
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan bagi
kaum muslimin turunnya al-Qur’an al-Karim. Allah telah menjamin pemeliharaannya
di dada-dada dan lembaran-lembaran sampai hari kiamat. Allah juga telah
menjadikan kesempurnaan penjagaannya dengan penjagaan terhadap sunnah sayyidil
mursalin.
Shalawat dan salam atas sayyidina dan nabi kita Muhammad
yang telah Allah bebankan untuk menjelaskan tujuan diturunkannya al-Qur’an yang
penuh hikmah, dengan sabdaNya
وَأَنزَلۡنَآ
إِلَيۡكَ ٱلذِّكۡرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ
يَتَفَكَّرُونَ ٤٤ [ النحل:44-44]
“Dan Kami
turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” [An Nahl:44]
Maka Nabi
Muhammad sebagai penjelas bagi al-Qur’an dengan sabda-sabdanya,
perbuatan-perbuatannya, dan ketetapan-ketetapannya dengan gaya bahasanya yang
jelas.
(Semoga) keridhaan diberikan kepada para shahabat yang
menerima sunnah nabawiyyah dari Nabi yang mulia, kemudian mereka memahami
dan menghafalnya, dan mentransfernya kepada kaum muslimin sebagaimana yang
mereka dengar, yang bersih dari berbagai cacat yang berupa penyimpangan dan
perubahan.
(Semoga) kasih sayang dan ampunan Allah diberikan kepada
salaf al-shalih yang menerima sunnah yang suci dari generasi ke generasi, serta
meletakkan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan (dhawabith) yang teliti
untuk menyelamatkan penukilannya dan riwayatnya guna terhindar dari
penyimpangan orang-orang yang batil.
(Semoga) balasan yang baik bagi generasi setelah salaf
dari kalangan para ulama kaum muslimin yang menerima kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
periwayatan sunnah dari pada salaf. Kemudian mereka mengoreksi, menyusun, dan
mengumpulkannya ke dalam cetakan buku tersendiri. Hal ini lah yang kemudian
disebut dengan ((ilmu mushthalah hadits)). [ilmu ini juga dikenal dengan
istilah : ilmu hadits dirayah, ulumul hadits, dan ushul al-hadits].
Amma ba’d: Tatkala aku
diamanahi untuk mengajar ilmu mushthalah hadits sejak beberapa tahun yang lalu
di fakultas syariah, di Universitas Islam di Madinah al-Munawwarah. Buku panduan
yang digunakan adalah kitab Ulumul Hadits karya Ibnu Shalah. Kemudian pihak
kampus menetapkan buku panduannya adalah kitab ringkasannya yaitu kitab al-Taqrib
karya al-Nawawi. Namun, aku dan para mahasiswa mendapati beberapa kesulitan
dalam proses pengajaran dua kitab tersebut (bersamaan dengan kemuliaan
keduannya dan melimpahnya faidah yang dimilikinya) sebagai bentuk pembelajaran
yang sistematis. Di antara kesulitan yang didapati adalah:
- Panjang lebar pada sebagian pembahasan, terutama dalam kitabnya Ibnu
Shalah. [seperti pembahasan (معرفة كيفية سماع الحديث وتحمله وصفة ضبطه) pembahasannya
sepanjang 46 halaman.]
- Ringkasnya pembahasan di pembahasan yang lain, terutama dalam kitabnya Imam
al-Nawawi. [seperti pembahasan tentang (الضعيف)
yang tidak lebih dari 19 kata.]
- Kesulitan istilah yang digunakan.
- Tidak lengkapnya pada sebagian pembahasan. [Contohnya adalah pembahasan imam al-Nawawi pada pembahasan maqlub. Maqlub yaitu seperti hadits masyhur dari Salim, dijadikan dari Nafi’ karena adanya kehendak. Begitu juga seperti penduduk Baghdad yang memutar balik 100 hadits untuk mengetes imam al-Bukhari. Kemudian imam al-Bukhari mengembalikannya sebagaimana mestinya sehingga mereka menyerah karena keutamaan yang dimiliki al-Bukhari.]
- Tidak menyebutkan ta’rif/definisi.
- Tidak menyebutkan contoh.
- Tidak menyebutkan faidah dari pembahasan ini.
- Tidak mencantumkan tulisan/kitab yang populer dalam pembahasan tersebut. Dan yang selainnya.
Aku juga dapati kukurangan yang semisalnya di selain
kedua kitab tersebut dari kitab-kitab terdahulu pada cabang ilmu ini. Bahkan sebagian
kitab tidak mencakup seluruh (pembahasan) ulumul hadits. Sebagian kitab yang
lain tidak tersetruktur dan sistematis. Alasannya adalah karena permasalahan
yang dibahas perkaranya sudah jelas bagi mereka sehingga mereka meninggalkannya
(tidak membahasnya), atau karena adanya kebutuhan untuk memperpanjang sebagian
pembahasan berdasarkan zamannya atau selainnya yang kita ketahui atau tidak
ketahui.
Aku melihat (berpikir) untuk mengetengahkan sebuah
kitab mushthalah hadits dan ulumul hadits ke hadapan pelajar fakultas syariah. Untuk
memudahkan pemahaman kaidah-kaidah cabang ilmu ini dan mushthalahnya. Hal tersebut
dilakukan dengan pembagian setiap pembahasan kepada poin-poin yang diberi
numerasi yang berurutan. Dimulai dengan menyebutkan definisi, contoh,
pembagian-pembangiannya misalnya.. diakhiri dengan poin “tulisan paling
terkenal dalam pembahasan” semua itu dengan ungkapan/istilah yang mudah, dan
gaya bahasa ilmiah yang jelas, tidak rumit dan rancu. Aku tidak condong untuk banyak
membahas perbedaan pendapat dan memperluas permasalahan. Hal ini mempertimbangkan
jatah waktu yang sedikit yang khusus untuk ilmu ini di fakultas syariah dan
fakultas dirasah islamiah.
Aku menamainya Taisir Mushthalah al-Hadits. Aku tidak
melihat bahwa kitab ini (menjadikan seseorang) tidak membutuhkan kitab-kitab ulama
terdahulu pada cabang ilmu ini, namun tujuanku adalah sebagai pembuka hal itu,
mengingatkan isi dari kitab-kitab tersebut, dan memudahkan untuk sampai kepada
pemahaman makna-maknanya. Melanjutkan kitab-kitab ulama terdahulu yang kembali
kepada ulama-ulama dan ahli-ahli dalam cabang ini, sebagai mata air yang
berlimpah yang diminum darinya.
Aku juga tidak ingin melewatkan untuk menyebutkan bahwa
kitab ini bersandarkan kepada kitab-kitab aktual karya sebagian ahli yang di
dalamnya terdapat faidah yang sangat banyak. Terutama bantahan terhadap
orientalis dan orang-orang yang menyimpang, namun sebagian pembahasan tersebut
panjang lebar, dan sebagian yang lain terlalu singkat, sebagian yang lain tidak
mencakup kesemuanya, maka aku berharap kitabku ini berada di pertengahan antara
panjang-lebar dengan terlalu ringkas, serta mencakup seluruh pembahasan.
Hal baru dalam kitab ini:
- Pembagian, yaitu pembagian setiap pembahasan pada poin-poin numerik, yang memudahkan pelajar untuk memahaminya.
- Bahasannya lengkap, mencakup struktur pembahasan secara umum, dari definisi, contoh, dll.
- Mencakup suluruh pembahasan mushthalah selama memungkinkan untuk diringkas.
Adapun dari sisi penamaan bab dan penyusunan, aku
mengambil faidah dari metodenya al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab al-Nukhbah dan
syarahnya. Ini merupakan susunan yang terbaik. Adapun dari sisi isi/konten
ilmiah maka aku banyak mengadopsi dari kitab Ulumul Hadits karya Ibnu
Shalah, dan ringkasannya yaitu al-Taqrib karya al-Nawawi, dan syarahnya al-Tadrib
karya al-Suyuthi.
Aku tulis kitab ini dari Pendahuluan, dan Empat Bab. Bab Pertama:
al-Khabar, Bab Kedua: al-Jarh wa al-Ta’dil, Bab Ketiga: Riwayat dan Ushulnya,
Bab Keempat: Isnad dan pengertian Rawi.
Aku mengetengahkan hasil usahaku yang sederhana ini untuk
anak didikku, aku mengakui kelemahanku dan keterbatasanku dalam memberikan
haknya ilmu ini. Aku tidak menyatakan diriku terbebas dari kekurangan dan
kesalahan. Maka harapanku bagi siapa saja yang mendapati adanya kekurangan dan
kesalahan untuk segera memberitahukannya kepadaku maka aku bersyukur atasnya,
agar aku mengetahuinya. Aku berharap kepada Allah Ta’ala agar kitab ini dapat
memberikan manfaat bagi pelajar dan orang-orang yang menyibukkan dirinya dengan
hadits, dan menjadikan usahaku ini ikhlash untuk mencari wajah Allah yang
Mulia, sesungguhnya Dia Maha Suci, Maha Mendengar, lagi Maha Mengabulkan.